BMKG Prediksi Musim Hujan Lebih Cepat, Warga Diminta Waspada Banjir dan Longsor

Matamediaonline.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan 2025/2026 akan datang lebih cepat dibandingkan kondisi normal. Sebagian wilayah Indonesia telah lebih dahulu diguyur hujan sejak Agustus, dan diperkirakan semakin meluas hingga November 2025.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan, percepatan musim hujan ini membawa dua sisi sekaligus: potensi bahaya hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin kencang, namun juga peluang bagi sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas.

“Awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah. Mayoritas berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026, dengan puncak berbeda-beda. Sumatera dan Kalimantan pada November–Desember 2025, sementara Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua pada Januari–Februari 2026,” jelas Dwikorita dalam konferensi pers prediksi musim hujan 2025/2026, Jumat (12/9/25).

Distribusi Awal Musim Hujan

Dari 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 42,1% wilayah akan mengalami musim hujan lebih cepat dari biasanya. BMKG mencatat:

September 2025: 79 ZOM (11,3%), mencakup sebagian Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalimantan Selatan, dan Papua Selatan.

Oktober 2025: 149 ZOM (21,3%), meliputi Lampung, hampir seluruh Jawa, Bali, sebagian NTB, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.

November 2025: 105 ZOM (15%), termasuk NTB, NTT, Sulawesi bagian tengah dan tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Faktor Global dan Regional

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menambahkan faktor global ikut berpengaruh. ENSO netral (–0,34) dan IOD negatif (–1,2) memicu suplai uap air dari Samudra Hindia. Ditambah suhu muka laut yang lebih hangat (+0,42), pembentukan awan hujan diprediksi makin intensif.

Imbauan Kesiapsiagaan

BMKG mengingatkan pemerintah daerah, kementerian, hingga masyarakat untuk: Menyesuaikan kalender tanam pertanian, mengoptimalkan waduk dan irigasi, memperbaiki drainase, mengantisipasi hama perkebunan, menyiapkan mitigasi kebencanaan dan kesehatan, terutama ancaman DBD akibat kelembaban tinggi.

“Musim hujan yang lebih cepat ini perlu diantisipasi secara serius. Tapi juga bisa menjadi peluang besar bagi sektor pertanian, asalkan pola tanam disesuaikan sejak awal,” ujar Dwikorita.

Source: Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *