Oleh Redaksi
Matamediaonline.com – Ada yang berbeda dari film religi kali ini. Pengin Hijrah—film garapan sutradara Jastis Arimba—tidak datang dengan ceramah panjang atau slogan moralitas. Ia hadir lembut, dengan cara yang lebih personal: melalui kisah cinta dua anak muda yang sama-sama sedang mencari arah hidup.
Film ini mempertemukan Alina (Steffi Zamora), seorang selebgram yang tengah kehilangan pegangan, dan Omar (Endy Arfian), mahasiswa blasteran Uzbekistan-Indonesia yang justru menjadi cermin perubahan dalam hidupnya. Dari obrolan di kantin kampus, perjalanan spiritual, hingga perjalanan tak terduga ke Uzbekistan, keduanya mengalami transformasi batin yang perlahan tapi nyata.
Hijrah yang Manusiawi
Dalam banyak narasi, “hijrah” sering digambarkan dengan wajah yang kaku—seolah perubahan spiritual hanya tentang pakaian, simbol, dan ritual. Namun, film Pengin Hijrah menolak pola itu.
Melalui karakter Alina, penonton diajak melihat hijrah dari sisi yang lebih manusiawi: sebuah proses pencarian, kegelisahan, dan pengampunan diri. Ia bukan malaikat yang tiba-tiba suci, tapi manusia yang belajar berdamai dengan masa lalunya.
“Perjalanan hijrah Alina bisa relate dengan banyak anak muda. Hijrah itu bukan soal berubah karena takut, tapi karena ingin tenang,” ungkap Steffi Zamora, pemeran utama film ini.
Sementara Omar hadir bukan sebagai sosok penyelamat, tapi sebagai pendamping yang sabar dan terbuka. “Omar tidak menghakimi, tapi mendengarkan,” kata Endy Arfian. Dalam diam dan empatinya, Omar mewakili figur laki-laki yang tidak memaksa, melainkan menuntun.
Cinta yang Menumbuhkan, Bukan Menghakimi
Film ini tidak sekadar menampilkan romansa muda-mudi, melainkan cinta yang memantik perubahan. Di tangan Jastis Arimba, kisah cinta menjadi alat refleksi spiritual—sebuah jembatan antara logika modern dan kebutuhan akan ketenangan jiwa.
“Kami ingin menunjukkan bahwa menjadi lebih baik tidak harus dengan merasa paling benar. Hijrah adalah proses personal, bukan kompetisi,” tutur Jastis Arimba, sang sutradara.
Pesan ini terasa relevan di tengah media sosial yang sering menghakimi pilihan hidup orang lain. Pengin Hijrah mengajak penonton muda untuk tidak menilai perjalanan spiritual siapa pun, karena setiap orang punya waktunya sendiri.
Sinema, Spiritualitas, dan Representasi Anak Muda
Dibintangi oleh Endy Arfian, Steffi Zamora, Daffa Wardhana, Nadzira Shafa, Donny Alamsyah, Karina Suwandi, serta pendatang baru Sita Permata Sari, film ini menawarkan wajah sinema religi yang lebih segar.
Visualnya hangat, narasinya lembut, dan musiknya—terutama tiga OST utama “Ingin Hijrah”, “Arah Bersamamu”, dan “Menjadi Kisahku”—membungkus perjalanan spiritual itu dengan keindahan yang emosional. Ketiga lagu, dirilis oleh Royal Prima Musikindo (RPM), menjadi gema batin dari perjalanan Alina dan Omar.
Sementara produser Rendy Gunawan berharap film ini mampu menghibur sekaligus menjadi bahan renungan.
“Kami ingin penonton keluar dari bioskop dengan hati lebih tenang. Tidak merasa lebih baik, tapi merasa ingin jadi lebih baik.”
Hijrah yang Tak Harus Sempurna
Pada akhirnya, Pengin Hijrah bukan film yang menggurui. Ia tidak datang membawa vonis, melainkan pelukan. Bahwa hijrah tidak perlu sempurna, cukup jujur. Bahwa cinta sejati tidak selalu datang untuk memiliki, tapi untuk menumbuhkan.
Lewat Alina dan Omar, film ini mengajarkan bahwa dalam setiap kegagalan, kehilangan, dan pertobatan, selalu ada ruang untuk pulang — kepada diri sendiri, dan kepada Tuhan.
Film “Pengin Hijrah” tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 30 Oktober 2025.













Interesting read! The focus on fast registration with sinagph is smart – quick access is key for online gaming. Secure platforms & instant payouts are a winning combo, too! 👍