Matamediaonline.com – Kisah pilu datang dari seorang janda tua bernama Jenab, warga Kampung Kosambi, RT 13/6 Desa Pasir Ampo, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Bersama anak semata wayangnya, ia tinggal di sebuah rumah yang kondisinya jauh dari kata layak huni.

Rumah yang ditinggali Jenab berdinding bambu rapuh, tiang penyangga yang patah hanya diganjal seadanya, sementara atap bocor di berbagai sudut. Setiap kali hujan deras, rasa cemas tak pernah hilang karena rumah nyaris roboh.
“Kalau hujan besar, kami tidak berani tidur. Air masuk dari atap, sementara angin kencang membuat kami harus mengungsi ke rumah tetangga. Rumah ini sudah rapuh sekali,” kata Jenab dengan nada sedih, Jumat (5/9/2025).
Harapan yang Tak Pernah Padam
Jenab hanya berharap bisa tinggal di rumah yang lebih kuat agar dapat tidur dengan tenang tanpa rasa takut atap jatuh menimpa dirinya dan anaknya. “Saya hanya ingin rumah yang lebih layak. Supaya bisa tidur nyenyak tanpa rasa khawatir,” harapnya.
Baca Juga: Deklarasi Pemuda Banten Jaga Persatuan, Tolak Politik SARA
Anak Jenab yang bekerja serabutan mengaku penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari. Jangankan memperbaiki rumah, untuk menabung pun sulit dilakukan. “Penghasilan tidak menentu, hanya cukup makan sehari-hari. Punya rumah layak huni masih jadi mimpi,” ujarnya.
Program Rumah Tidak Layak Huni Belum Menyentuh
Kondisi ini kontras dengan gencarnya program pemerintah mengenai perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH). Namun, hingga kini Jenab belum tersentuh bantuan. Warga setempat menilai pemerintah perlu lebih responsif terhadap kebutuhan nyata masyarakat miskin.
Hingga berita ini diturunkan, tim belum berhasil menghubungi pihak instansi pemerintah setempat untuk mengonfirmasi perihal kondisi rumah Jenab. [mmo]












